Minggu, 04 April 2010

Prof.Dr.Bambang Sugiharto: “Mau Tak Mau, Biologi Molekuler Harus Dipelajari.”

Ilmuwan biologi molekuler bisa dibilang jarang di Indonesia, selain ilmunya yang susah dimengerti, bahan dan peralatan untuk menunjang riset tentang biologi molekuler sangatlah mahal. Hanya laboratorium ‘yang benar-benar kaya’ saja yang berani mengembangkan biologi molekuler.


Salah satu ilmuwan biologi molekuler Indonesia yang sudah berkiprah di internasional adalah Prof. Dr. Bambang Sugiharto. Beliau adalah salah satu peneliti dan dosen di Universitas Jember. Bulan Oktober 2009 lalu, profesor yang tidak mau dipanggil ‘prof’ ini menjadi salah satu invited speaker dalam International Conference on Biological Science di Universitas Gajah Mada. Berikut adalah wawancara bersama beliau.

Widhi (W) : Apa kesibukan saat ini?

Bambang Sugiharto (BS) : Kesibukan saat ini yg utama adalah penelitian pengembangan varietas tebu baru dengan pendekatan bioteknologi sambil membimbing mahasiswa S1, S2, S3 dan memberi kuliah. Selain itu juga melakukan pekerjaan sebagai konsultan biotek tebu di PT. Perkebunan Nusantara dalam rangka perakitan dan pelepasan (komersialisasi) varietas tebu baru. Disamping juga sebagai penasehat dalam pengembangan Laboratorium Sentral Terpadu di Poltek Jember.

W : Bisa dijelaskan sedikit tentang perjalanan karir dan hasil penemuan yang diakui oleh internasional itu?

BS : Sebagai seorang yang bekerja di bidang akademik dipersyaratkan harus menyelesaikan jenjang S3, maka saya melakukan studi di bidang biokimia dan fisiologi molekul tanaman di Nagoya University, Japan, dengan topik penelitian adalah regulasi ekspresi gen fotosintesis oleh ketersediaan unsur N pada tanaman C4 jagung. Sebelumnya informasi tentang regulasi tersebut masih kurang jelas tetapi dengan study tersebut saya temukan bahwa unsur nitrogen termasuk salah satu faktor yang mengatur ekspresi gen, signal ketersediaan unsur nitrogen lewat asam amino glutamin dan hormon sitokinin ditransduksikan sehingga dapat mengaktifkan ekspresi gen fotosintesis. Itu penemuan yang telah dipublikasikan di jurnal internasional.

W : Penelitian apa yang dikerjakan saat ini?

BS : Saat ini sedang mengembangkan bioteknoilogi tebu untuk merakit tebu baru dengan produksi gula tinggi, metode yang ditempuh adalah overekspresi gen. Dalam tanaman tebu telah diidentifikasi bahwa enzim SPS merupakan enzim kunci untuk sintesis sukrosa dan SUT adalah protein yang bertindak sebagai translokator sukrosa dari organ pembuat (source) sukrosa ke organ penyimpan (sink) sukrosa. Dengan meningkatkan aktivitas sintesis sukrosa dan translokasi sukrosa dengan overekspresi gen SPS dan SUT diharapkan dapat diciptakan varietas tebu baru dengan produksi gula tinggi. Saat ini tebu transgenik overekspresi SPS telah didapat dan kedepan akan ditambahkan / overekspresi gen SUT. Transformasi gen SUT pada tebu sedang dilakukan sekarang.

W : Mengapa anda tertarik di bidang biologi molekuler, padahal sepertinya sangat susah mengembangkan riset biologi molekuler?

BS : Biologi molekul adalah bidang biologi modern, mau tidak mau kalau kita belajar biologi harus dengan pendekatan biologi molekul. Tidak ada bidang yang susah asal kita mempunyai kemauan untuk belajar insyaAllah akan ada hasilnya. Dalam hal riset , memang sulit tetapi keberhasilan riset akan mempunyai nilai tersendiri bagi peneliti.

W : Apakah produk GMO (Genetically Modified Organism) atau produk dari hasil rekayasa genetik itu layak dikonsumsi manusia? ataukah membahayakan?

BS : Produk GMO sama dengan produk pangan yang lain dan sudah tentu layak dikonsumsi. Bedanya bahwa jasad GMO dirakit tidak dengan tehnik persilangan tetapi dengan transformasi genetik sehingga memungkinkan melakukan transformasi genetik tidak saja pada spesies yang sama tetapi juga pada spesies berbeda yang tidak mungkin dilakukan dengan teknik persilangan konvensional. Hal yang dirasa asing dan perlu pengkajian adalah bahwa untuk melihat keberhasilan transformasi genetik salah satunya dilakukan dengan melibatkan marka/penanda molekuler yaitu dengan mengikutkan gen ketahanan antibiotik. Namun gen ini sudah dinyatakan aman bagi kesehatan manusia oleh federasi pangan dunia dan bahkan teknik molekuler yang ada saat ini sudah dapat menghilangkan gen penanda ketahanan antibiotik ini pada jasad GMO. Pengkajian juga dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa gen asing yang ditransformasikan ada kemungkinan dapat menimbulkan toksik bagi produk pangan GMO. Oleh karena itu sudah disepakati bersama bahwa sebelum dimanfaatkan atau dipasarkan maka harus dilakukan pengkajian keamanan lingkungan dan keamanan pangan pada produk GMO, sehingga produk pangan GMO aman dan tidak membahayakan untuk dikonsumsi. Suatu hal yang hendak saya katakan disini bahwa bagaimanapun juga produk GMO masih merupakan produk natural alami dan bukan produk pengolahan secara kimia.

W : Ada isu bahwa ilmuwan biologi molekuler akan membuat alam jadi tidak seimbang dengan mengubah-mengubah gen atau membuat individu baru, bagaimana menanggapi tentang isu seperti ini?

BS : Semua bentuk teknologi baru yang dimanfaatkan pasti akan menimbulkan dampak pada alam, perlu diingat bahwa teknologi industri kimia, permesinan, termasuk teknologi nuklir yg dikembangkan pada beberapa dasawarsa yg lalu juga telah menimbulkan dampak di alam ini seperti global warming perubahan iklim yg disebabkan penggunaan teknologi baru. Hal ini wajar sesuai dengan prinsip hukum ekologi bahwa suatu hal yg baru bila dimasukan ke suatu lingkungan ekologi yang sudah stabil, maka akan membentuk suatu kesetimbangan baru. Saya punya keyakinkan bahwa manusia hanya dikasih sedikit ilmu oleh Allah SWT, sebagai ilmuwan tidak boleh takabur bahwa diluar apa yg dipahami masih terdapat berjuta-juta ilmu yg masih belum diketahui. Walaupun kita mengerti biologi molekul tetapi memahami bagaimana molekul-molekul biologi itu bekerja dan diregulasi masih tidak diketahui. Oleh karena itu jangankan membuat individu baru, walaupun kita sudah tahu apa yang ada dalam sel bakteri E. coli, jasad yang uni selular itu, tetapi bagaimana senyawa-senyawa atau molekul-molekul yang ada dalam sel E. coli itu bekerja dan diatur sehingga menimbulkan pertumbuhan, tidak seorang pun tahu dan akan tahu, itu sudah termasuk dalam rahasia alam.

W : Apa kendala selama riset tentang biologi molekuler?

BS : Kendala utama di Indonesia adalah dana dan peralatan yang masih belum mendukung riset bidang ini, walaupun juga kualitas (SDM) sumber daya manusia dan iklim akademik turut menentukan keberhasilan pengemabngan bidang biologi molekul.

W : Bagaimana pendapat tentang perkembangan biologi molekuler di Indonesia saat ini?

BS : Sebagai negara berkembang memang perkembangan bidang ini belum mapan seperti di negara-negara maju, tetapi cikal bakal perkembangan bidang ini di Indonesia telah banyak bermunculan di institusi-institusi pemerintah maupun dunia kampus. Sebagai contoh nyata berdirinya Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan institusi yang serupa di universitas-universitas merupakan bukti nyata bahwa Indonesia juga mengembangkan bidang biologi molekuler.

W : Apakah ada saran dan kritikan bagi generasi penerus, instansi akademik, maupun pemerintah yang berhubungan dengan pengembangan biologi molekuler?

BS : Saran bahwa kedepan untuk mempelajari proses biologi mesti harus pendekatannya adalah biologi molekul tidak bisa ditawar lagi. Untuk itu mestinya universitas sebagai institusi akademik harus mempelopori pengembangan ini. Sebagai pembanding kita bisa melihat bagaimana kajian biologi di negara-negara maju, kenapa demikian karena memang bidang biologi molekul ini dapat memberikan manfaat yang lebih besar dan lebih akurat.

TENTANG PENULIS: WIDHI ADRIANNA
I am widhi, 24 years old, graduate student in Republic of Korea. I am studying at Kyungpook National University, Departement of Environmental and Horticulture, Plant Molecular Breeding .


Sumber :
http://netsains.com/2010/03/prof-dr-bambang-sugiharto-mau-tak-mau-biologi-molekuler-harus-dipelajari/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar